Selasa, 12 November 2013

Perayaan 100 Hari Bayi dan 1 tahunnya




Kalau di Indonesia ada perayaan 1 bulanan dan 1 tahunan, lain lagi di Korea. Mereka merayakan 100 hari si bayi yang biasa disebut dengan baek-il. Perayaan ditujukan sebagai rasa syukur karena bayi bisa melewati masa kritis untuk bertahan hidup. Kebanyakan orang tua Korea sekarang hanya merayakannya sebagai adat dan sebagai simbol  untuk bergembira bersama keluarga.

Sementara itu, perayaan 1 tahun biasa disebut tol jauh lebih mewah. Pesta ulang tahun besar bagi si anak lengkap dengan berbagai jenis kue beras dan buah-buahan serta dihiasi dekorasi pada sebuah meja besar. Keluarga yang merayakan mengenakan pakaian tradisional Korea (Hanbok).  Kemudian di depan si bayi akan diletakkan beberapa barang untuk dipilih seperti di Indonesia. Barang-barang yang diletakkan dianggap sebagai simbol pekerjaan yang akan dipilih oleh si anak nantinya.

Barang-barang yang biasa diletakkan antara lain:


  • Alat tulis - sarjana
  • Uang - Kaya
  • Kue / makanan - Pekerjaan terkait pemerintah.
  • Benang - panjang umur 
  • Mouse – Pekerjaan terkait komputer. 


Sumber : okepop.com

Rabu, 09 Oktober 2013

Wajib Militer




Wajib militer atau seringkali disingkat sebagai wamil adalah kewajiban bagi seorang warga negara berusia muda, biasanya antara 18 - 27 tahun untuk menyandang senjata dan menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan militer guna meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan seorang itu sendiri. Wamil biasanya diadakan guna untuk meningkatkan kedisiplinan, ketangguhan, kebranian dan kemandirian seorang itu dan biasanya diadakan wajib untuk pria lelaki. Yang harus wamil biasanya adalah warga pria. Warga wanita biasanya tidak diharuskan wamil, tetapi ada juga negara yang mewajibkannya, seperti di Israel, Korea Selatan dan Suriname.

Mahasiswa juga biasanya tidak perlu ikut wamil. Beberapa negara juga memberi alternatif tugas nasional (Layanan alternatif) bagi warga yang tidak dapat masuk militer karena alasan tertentu seperti kesehatan, alasan politis, atau alasan budaya dan agama.
Pada masa kini, wamil tergolong kontroversial, karena adanya penolakan, terutama untuk melayani pemerintahan yang tidak disukai oleh beberapa pihak, perang yang tidak populer (contoh: Perang Vietnam), dan tergolong pelanggaran terhadap hak individual. Orang-orang yang masuk wamil dapat menghindarinya, terkadang dengan meninggalkan negaranya.

Beberapa negara seperti Filipina, Republik Rakyat Cina, dan Indonesia mengenal wajib militer dalam konstitusi mereka (legal), tetapi saat ini tidak dilaksanakan atau hanya sebatas pelatihan dasar militer wajib bagi warga (dalam kasus Filipina). Amerika Serikat menghapuskan wamil pada tahun 1975, tetapi semua warga pria berusia 18-25 tahun wajib mendaftar di U.S. Selective Service System untuk mempermudah pelaksanaan kembali wamil jika diperlukan.


Sumber : wikipedia

Selasa, 17 September 2013

Shamanisme di Korea




Shamanisme Korea adalah kepercayaan asli rakyat Korea yang menggabungkan berbagai kepercayaan dan praktik yang dipengaruhi agama asli Korea, agama Buddha dan Taoisme. Dalam bahasa Korea, shamanisme disebut mu (무) dan sang pemraktik disebut mudang (무당, 巫堂). Tugas mudang biasanya dipegang oleh wanita yang melakukan kontak (menghubungkan) antara dewa dan manusia.

Shaman mengadakan gut atau upacara persembahan untuk melakukan penyembuhan, mendatangkan keberuntungan serta menjadi perantara antara dewa dengan cara kerasukan. Upacara gut juga diadakan untuk membimbing arwah orang yang sudah meninggal menuju surga.

Rakyat Korea seperti banyak bangsa di Asia Timur lain, menganggap agama secara elektis dibanding ekslusif (mudah untuk memeluk suatu agama). Pandangan religius mereka tidak tertanam pada satu agama saja, namun oleh berbagai kombinasi kepercayaan dan agama yang diimpor ke Korea. Walau banyak orang Korea yang memeluk agama tertentu seperti Buddha atau Kristen, banyak pula di antara mereka yang masih terikat dengan kepercayaan asli mereka.

Walaupun shamanisme Korea tidak lagi banyak pengikutnya seperti dahulu, praktik ini masih berlangsung di Korea. Di masa lalu ritual ini juga diadakan untuk meminta kelimpahan pertanian.

Shamanisme Korea dicirikan dengan pengadaan upacara gut yang beraneka ragam untuk melakukan kontak antara manusia dengan alam roh. Profesi shaman biasanya cukup dapat menghasilkan banyak uang di Korea. Tradisi Shaman Korea agak serupa dengan tradisi shaman dari suku-suku di Siberia, Mongolia, dan Manchuria.


Kata "Shaman"


Kata shaman diambil dari bahasa Tungusik yang digunakan oleh suku bangsa Tungusik di wilayah Siberia dan Asia Tengah. Istilah shaman mulai dipakai secara luas sejak diterbitkannya karya Mircea Eliade yang berjudul "Shamanism; Archaic Techniques of Ectasy" (Shamanisme; Teknik Kuno Mencapai Ekstasi). Eliade menyebut shamanisme sebagai teknik ekstasi, tidak serupa dengan bentuk ilmu hitam, sihir atau bahkan pengalaman ekstasi keagamaan.

Asal usul

Kepercayaan terhadap alam gaib adalah bentuk paling awal dari kehidupan spiritual masyarakat Korea, yang telah dipraktikkan sejak zaman prasejarah.

Shamanisme Korea berakar dari kebudayaan masyarakat pedalaman daratan yang telah berusia lebih dari 40 ribu tahun. Kata shaman disamakan dengan "dukun", "tabib", "psychopomp", mistik, dan puitis (Eliade, 1974). Apa yang membedakan shaman dengan para penyembuh atau pemimpin spiritual adalah kemampuannya untuk melakukan teknik trance (kerasukan). Pada saat tak sadarkan diri, jiwa si-shaman akan pergi dari tubuhnya dan menuju alam lain dengan panduan arwah. Ia dapat melakukan penyembuhan dalam banyak tingkatan; secara fisik, psikologi, dan spiritual. Dalam konsepnya, jiwa seseorang dianggap sebagai tempat tinggal napas kehidupan dan raga. Setiap sakit fisik sudah pasti disebabkan sakitnya jiwa. Penyakit pikiran menyebabkan penderitaan diri, kekacauan dan ketidaksadaran diri.

Ada banyak sekali jumlah sembahan seperti dewata-dewata, roh-roh, mulai dari "jenderal dewa" yang menguasai alam lain di langit dan gunung (sanshin). Kepercayaan shamanisme juga meyakini roh-roh yang mendiami hutan, gua keramat, batu-batuan, rumah-rumah dan desa, juga hantu-hantu orang yang meninggal secara tidak wajar. Roh-roh ini dipercaya mempunyai kekuatan untuk memengaruhi atau memberi keberuntungan bagi manusia.

Ritual-ritual yang dilakukan telah mengalami banyak perubahan sejak zaman Silla dan Goryeo. Bahkan kepercayaan ini tak tergerus dalam masa Dinasti Joseon yang menerapkan Konfusianisme kuat.


Tempat di masyarakat

Banyak apara ahli lebih menganggap shamanisme Korea sebagai agama daripada obat dengan ikut campurnya macam-macam mahkluk gaib membantu manusia. Shaman dianggap orang orang yang berpengaruh dan banyak orang yang berkonsultasi dengannya untuk suatu keperluan. Biasanya shaman yang tergolong dalam kasta cheonmin atau kasta terendah sejak zaman Dinasti Joseon sampai sekarang masih mengalami diskriminasi.

Kepercayaan shamanisme masih kuat berpengaruh di desa-desa nelayan dan komunitas desa petani. Di kota-kota besar juga dapat ditemui praktik shaman.

Kebangkitan sebagai elemen budaya

Jeomjip, rumah tempat ramal yang dikelola oleh mudang

Mulai awal tahun 1970-an, ritual-ritual shamanisme mulai menarik perhatian orang-orang asing, bahkan seorang manajer dari hotel beserta para eksekutifnya terlihat menonton ritual kerasukan mudang pada saat membuka cabang baru di Seoul.

Masa depan shamanisme sendiri mulai tidak menentu sejak tahun 1980-an. Masyarakat yang semakin modern akan lebih membutuhkan jasa psikiater atau dokter daripada berkonsultasi dengan dukun.

Pemerintahan modern menganggap shamanisme hanya sebagai takhayul dan menekan keberadaan serta praktiknya dalam kehidupan masyarakat Korea. Namun perubahan iklim nasionalisme dan kepercayaan diri akan budaya tradisional, maka tarian, lagu-lagu dan syair mantra yang dipentaskan di prosesi gut (upacara persembahan) telah dimasukkan sebagai aset budaya berharga yang patut dilestarikan.

Jenis mudang

Seorang mudang sedang melakukan ritual gut selama 5 hari penuh; pedesaan Korea, Oktober 2007

Mudang dibagi menjadi 2 jenis: pertama adalah saeseupmu (세습무, 世襲巫) yang tugasnya melakukan ritual dan kangshinmu (강신무, 降神巫) yang mendapatkan pengakuan sebagai mudang melalui suatu upacara inisiasi. Sessŭmu dapat dijumpai di bagian selatan semenanjung Korea, sementara kangshinmu dapat dijumpai di seluruh Korea, namun sekarang lebih khusus terkonsentrasi di wilayah Korea Utara dan wilayah berpopulasi Korea di Tiongkok, serta di beberapa wilayah tengah semenanjung Korea dan di sekitar Sungai Han.

Kangshinmu

Kangshinmu adalah mudang yang mengadakan upacara untuk meminta petunjuk dewa atau roh dengan cara kesurupan. Ada 2 jenis kangshinmu, yakni mudang dan myongdu.

Seseorang yang menjadi kangshinmu harus melakukan upacara pertama yang dinamakan Naerimgut, yang pada saat pementasan ia akan mengalami shinbyeong, yakni kesurupan roh yang konon diikuti kesakitan fisik dan jiwa. Para pengikut shamanisme meyakini bahwa penyakit fisik dan mental harus disembuhkan melalui penerimaan dan penyatuan secara penuh dengan arwah dan dewa, bukan pergi ke dokter.

Mudang adalah jenis shaman yang mengalami kerasukan dewa, istilahnya momju. Dalam keadaan tersebut ia melakukan peramalan melalui tuntunan suara gaib. Gut yang mereka selenggarakan diikuti nyanyian dan tarian. Jenis yang lebih khusus daripada mudang adalah sonmudang dan posal, yang mendapatkan kekuatan melalui pengalaman spiritual, namun belum dapat memimpin sebuah gut. Umumnya dukun di kategori ini lelaki yang disebut paksu.

Myongdu berbeda dari tipe mudang yang umum. Myongdu tidak mengalami kerasukan oleh roh melainkan menerima arwah orang-orang yang sudah meninggal (terutama anak-anak dari kerabat myongdu). Ia mengundang arwah ke dalam kuil kecil di rumahnya. Myongdu dapat dijumpai di wilayah Honam di Korea Selatan.

Saeseupmu
Saeseupmu (baca sessummu), jenis mudang yang dijumpai di wilayah bagian selatan Sungai Han (Korea Selatan). Ia menjadi shaman karena warisan dari keluarganya yang juga berprofesi sebagai shaman. Shaman tipe ini terbagi atas 2 jenis, yakni shinbang dan tang-ol.

Shinbang serupa dengan kangshinmu yang menjadi perantara arwah dan dewa. Namun tidak dengan cara kerasukan dan tugasnya mengadakan upacara adalah warisan dari orang tuanya. Shinbang berhubungan dengan alam gaib melalui medium (mujeomgu) dan tak memiliki kuil sendiri.[5]

Tang-ol adalah jenis mudang yang dapat dijumpai di wilayah paling selatan semenanjung Korea, seperti di wilayah Yeongnam (Gyeongsang) dan Honam (Jeolla). Tang-ol dari Honam memiliki sebuah distrik khusus (tang-olpan) dan memiliki hak untuk mengadakan suatu upacara gut. Gut yang diselenggarakan tang-ol meliputi tarian dan nyanyian yang dilakukan untuk menghibur dewata-dewata dan sembahannya untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka. Upacara-upacara dan perayaan yang dipraktikkan tang-ol telah banyak berubah sehingga sekarang sudah berkesan terkena pengaruh agama tertentu. Tak seperti tipe mudang lain, tang-ol tidak mengundang arwah dan dewata dalam upacara pertamanya. Ia pun tidak punya kuil dan biasanya tidak memuja suatu dewata tertentu.

Shinbyeong

Hal utama yang terjadi saat mudang memulai upacara pertamanya adalah kesakitan yang disebut shinbyeong. Ini disebut juga kesakitan atau penderitaan jiwa yang dicirikan dengan hilangnya nafsu makan, insomnia, serta halusinasi visual dan pendengaran. Untuk menyembuhkan sakit ini diperlukan ritual naerimgut yang juga melibatkan mudang lain.

Gejala

Gejala shinbyeong beragam, bergantung dari latar belakang dan lingkungannya. Seringkali gejala yang terjadi adalah ia tidak bisa makan dan mengalami penurunan kesehatan tubuh dan jiwa. Di jenis shinbyeong yang lain kadang-kadang diikuti sakit secara fisik dan gangguan jiwa, ada pula yang mengalami kegoncangan mental akibat kejutan. Secara jarang mudang akan melakukan peramalan lewat mimpi dimana ia berjumpa dengan dewa atau arwah.

Gejala shinbyeong dapat berthan dalam waktu lama, rata-rata 8 tahun dan paling lama 30 tahun. Kebanyakan dari mereka akan kehilangan selera makan, mengalami gangguan pencernaan karena sedikit makan. Tubuh mereka akan melemah dan kejang-kejang dalam beberapa kasus diikuti buang air darah. Ia juga akan mengalami sakit jiwa dan halusinasi dengan pikiran yang sangat lelah karena mengalami kontak dengan alam gaib. Dalam beberapa kasus, penyakit jiwa menjadi sangat ekstrem sehingga si mudang akan lari dari rumah dan berkeliaran di gunung dan sawah. Gejala ini konon tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan modern karena dipercaya hal itu akan memperparah sakit jiwanya. Sakit ini harus disembuhkan dengan mengadakan gangshinje, yaitu upacara gut untuk mengembalikan jiwa si mudang.

Aspek religius

Dalam tradisi mudang, shinbyeong dianggap sebagai pengalaman spiritual terstruktur yang menggambarkan hubungan vertikal antara manusia dengan dewa atau singkatnya bahwa dewa dalam beberapa hal ada di dalam kesadaran manusia. Ini membuat mudang dapat melakukan peramalan dan koneksi dengan alam lain akan mengubah pikiran dan perilakunya. Shinbyeong dianggap sebagai bentuk yang lebih tinggi dari kesadaran mudang.

Gut (굿) atau ritual

Sebuah diorama di Museum Rakyat dan Alam Jeju yang menampilkan seorang dukun yang mengadakan upacara Jejudo yeongdeung-gut atau Jeju chilmeoridang-gut.

Gut adalah ritual shamanisme yang mengharuskan si mudang memberikan persembahan bagi dewa-dewa. Dengan menyanyi dan menari, mudang memohon berkat dari dewa. Ia memakai pakaian yang berwarna-warni dan menukarnya beberapa kali.

Ada 3 buah elemen dari gut. Pertama roh dan dewa-dewa adalah objek dari pemujaan, kedua para pengikut akan memohon berkat kepada mereka, dan terakhir, kedua hal itu akan dihubungkan oleh si mudang

Bentuk-bentuk gut bervariasi sesuai daerah. Bagian terpenting dari alur upcara adalahj bagian pemujaannya. Kemampuan dan karakter si mudang juga memengaruhi cara penyelenggaraan gut

Naerim-gut (내림굿)
Naerimgut adalah ritual atau upacara permulaan. Seseorang dapat menjadi mudang dengan cara kesurupan arwah dan juga untuk menyembuhkan gejala shinbyeong.

Dodang-gut (도당굿)

Dodanggut adalah upacara yang diselenggarakan di propinsi-propinsi tengah Korea Selatan. Tujuannya adalah untuk memohon kemakmuran dan kelimpahan pangan bagi desa. Biasanya diadakan setahun sekali atau beberapa kali, yakni sekitar tahun baru imlek, atau di musim panas dan gugur.

Ssitgim-gut (씻김굿)

Ssitgimgut adalah upacara pembersihan jiwa orang yang sudah meninggal. Sejak zaman dahulu, orang Korea percaya bahwa ketika seseorang meninggal, tubuhnya mungkin tidak dapat masuk ke alam baka karena jiwanya tidak bersih. Ssitgimgut bertujuan menyucikan kekotoran itu. Praktik ssitgimgut dapat dijumpai di bagian barat laut Korea Selatan.

Chaesu-gut (재수굿)

Penyelenggaraan chaesu-gut dilakukan bertahap sampai 12 segmen yang mengharuskan mudang mengenakan pakaian lelaki. Mudang memerlukan kostum lelaki karena ia akan melakukan ritual kesurupan arwah pyolsang atau taegam (arwah mandor serakah) yang merupakan arwah lelaki. Tetapi mudang juga akan kesurupan arwah wanita, jadi ia mengenakan perlengkapan dan pakaian gabungan lelaki dan wanita sekaligus. Silang pakaian menjadi rumit dan multi-fungsi sebab ia melambangkan arwah yang merasukinya. Keadaan silang kelamin seperti ini mencakup 75 persen dalam upacara gut yang dilakukan si mudang. Selain itu dengan "bertindak sebagai lelaki", si mudang dapat dengan mudah memiliki wibawa lelaki dimana di negara yang berideologi Konfusianisme ini wanita dipandang rendah. Ia memberi kesempatan kepada para penonton wanita untuk berinteraksi dengannya. Biasanya peran arwah laki-laki yang dimainkan mudang diisi dengan candaan, kata-kata kotor serta perdebatan dengan penonton.

Senin, 26 Agustus 2013

Hwarot



Hwarot adalah jenis hanbok, yaitu pakaian tradisional Korea, yang dikenakan oleh wanita-wanita dari lingkungan kerajaan untuk merayakan peristiwa tertentu dan juga dipakai oleh wanita dari rakyat biasa untuk upacara pernikahan tradisional Korea.
Hwarot berkembang di zaman Dinasti Goryeo dan Joseon. Hwarot diadaptasi dari jangbaeja 長褙子, pakaian dari Dinasti Ming Tiongkok.

Sumber : Wikipedia

Minggu, 14 Juli 2013

Gwanbok



Gwanbok (官服) adalah pakaian pegawai kerajaan yang pertama kali dipakai sejak zaman kerajaan Silla.

Selasa, 25 Juni 2013

Hanbok Keluarga Kerajaan




    Gonryongpo: pakaian raja



Hongryongpo: pakaian raja sehari-hari




       Hwangryongpo: 
pakaian raja sehari-hari Raja Gojong biasanya memakai pakaian ini.




Tongcheonggwan dan Gangsapo



Hwangwonsam:pakaian ratu sehari-hari


Sumber : wikipedia

Kamis, 06 Juni 2013

Hanbok






Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot (Korea Utara) adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea", hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.

Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.

Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu.

Periode Goryeo

Ketika Dinasti Goryeo (918–1392) menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.



Periode Joseon

Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini.

Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.

Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.

Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.


Sumber : wikipedia





Rabu, 29 Mei 2013

Hangeul





Hangeul adalah alfabet yang digunakan untuk menulis Bahasa Korea. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong yang Agung (1397-1450) pada tahun 1443 masa Dinasti Joseon. Meskipun tulisan Hangeul terlihat seperti tulisan ideografik (tulisan dalam bentuk 'simbol' seperti aksara Tionghoa), Hangeul sebenarnya merupakan abjad fonetik atau alfabet, karena setiap hurufnya merupakan lambang vokal dan konsonan yang berbeda. Alfabet Hangeul terdiri dari 24 huruf (jamo)— 14 huruf mati (konsonan) dan 10 huruf hidup (vokal). Sebenarnya Hangeul masih mempunyai 3 konsonan dan 1 buah huruf vokal, namun dihilangkan. Selain untuk menuliskan bahasa Korea, Hangeul juga dipakai untuk bahasa suku Cia-Cia, di Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong yang Agung. Selanjutnya, pada tahun 1446, Hangeul ditampilkan dalam bentuk terpublikasi beserta pedoman penjelasan rinci. Sejong menamakan alfabet tersebut Hunminjeongeum ("Suara yang tepat untuk diajarkan kepada rakyat"). alfabet ini sekarang dinamakan Hangeul yang bermakna "alfabet Han" atau "alfabet Agung". Setiap tanggal 9 Oktober di Korea Selatan diperingati sebagai Hari Hangeul.

Dari 6000 buah bahasa yang dituturkan di dunia saat ini, hanya 100 bahasa yang memiliki aksara mereka sendiri, salah satunya adalah Bahasa Korea yang menggunakan sistem penulisan Hangeul. Hangeul adalah satu-satunya aksara yang diciptakan oleh seorang individu berdasarkan teori dan maksud yang telah direncanakan dengan baik.

Dibanding aksara bangsa lain, Hangeul tidak didasarkan pada suatu bahasa tulis atau meniru aksara lain, namun unik khas Korea. Lebih lagi, Hangeul merupakan sistem penulisan yang bersifat ilmiah, didasarkan pada pengetahuan kebahasaan yang mendalam dan asas-asas filosofis sehingga membuatnya praktis, mudah dipelajari, dan elok rupanya.

Dalam sebagian besar sejarahnya, rakyat Korea menulis dengan aksara Tionghoa (Hanja). Karena bahasa tutur kedua bangsa ini berasal dari keluarga yang berbeda, bahasa Korea tidak bisa secara tepat diungkapkan dalam aksara Tionghoa. Dalam bahasa Tionghoa, kalimat ditandai dengan partikel, sementara dalam bahasa Korea, akhiran digunakan untuk menambah atau memodifikasi makna. Walau tidak nyaman, kaum bangsawan Korea (yangban) tetap mendukung penggunaan hanja secara teguh.

Raja Sejong adalah seorang pemimpin sekaligus ilmuwan, dan pelopor budaya. Melalui upaya keras bertahun-tahun, ia meneliti unit dasar Bahasa Korea menggunakan kemampuannya sendiri tentang kebahasaan dan akhirnya berhasil menuangkannya dalam bentuk aksara, Hunminjeongeum.

Tulisan di Sejong Sillok, volume Joseon Wangjo Sillok (Babad Joseon) tanggal 30 Desember tahun ke-25 masa Sejong bertahta, berbunyi:
“     Bulan ini, Raja telah menciptakan 28 aksara Onmun (aksara tutur) secara pribadi...Walau sederhana dan ringkas, aksara ini mampu menghasilkan variasi-variasi tak terhingga dan dinamakan Hunmin Jeongeum.     ”

Berdasarkan "Penjelasan dan Contoh-contoh Hunmin Jeongeum" (1446): lambang konsonan dasar terbentuk secara sistematis berdasarkan organ mulut manusia saat mengucapkan beberapa jenis suara, sementara konsonan lain dibentuk dengan menambahkan guratan ke 5 bentuk dasar.


Sumber : Wikipedia